ini blog Pribadi Hilda Meilani, semoga ga nyesel nyesel amat ya sudah berkunjung hehe

Senin, 27 Januari 2014

Posted by Only Hilda Meilani 05.34 No comments
Aku , Tanah Airku, dan Pemimpinnya
Indonesia adalah negara yang memiliki sejuta cerita dibalik kisah perjalanan perpolitikannya. Sejuta sejarah menorehkan warna warni tinta kehidupan bernegara di tanah air yang kita cintai ini. Dimulai dari kisah sejarah perjuangan merebut kemerdekaan yang pernah dirampas penjajah, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hingga massa di mana aku hidup di negara ini, yaitu mengisi kemerdekaan. Sebagai generasi muda, tentunya nasib negara  ini dimasa yang akan datang berada di tangan kami. Mungkin salah satunya adalah aku, pemegang estafet kehidupan bernegara di kemudian hari. Membawa negara ini pada tujuan yang hakiki, kesejahteraan yang dicita-citakan semua bangsa di dunia. Namun bagaimana itu terjadi? Kami harus memahami siapa diri ini, Bangsa ini, dan negeri ini. Karena bangsa yang besar adalah bengsa yang memahami dirinya dan sejarah hidupnya, dan orang yang bijak adalah orang yang mampu  mengambil pelajaran dan hikmah dibalik peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Meski aku tidak berada pada saat dimana perjuangan di titik beratkan untuk memperoleh kemerdekaan ataupun mempertahankannya, tapi aku yakin dalam diri setiap manusia di negeri ini termasuk aku ingin menjadi pahlawan bagi negara dan bangsanya sendiri entah bagaimana pun caranya. Dan beginilah cara kami memahami negeri dan bangsa sendiri, mempelajari, memahami dan menjadikannya motivasi untuk Negeri yang lebih maju di kemudian hari.
Namaku Hilda Meilani, aku terlahir pada senin 29 Mei 1995. Ya, aku lahir di  massa kepemimpinan Alm. Bapak Soeharto, presiden Indonesia yang ke 2. Namun sebelum aku mengerti dan memahami kebijakan dalam massa kepemerintahan beliau, beliau telah lengser di tahun 1998 menyisakan masalah pelik, yaitu krisis moneter dan kemerosotan ekonomi. Masalah yang menjadi masalah hidup seluruh dunia ini juga menimpa keluargaku, Ayahku yang bekerja menjadi seorang karyawan di perusahaan swasta menjadi imbasnya juga, ayahku ter-PHK. Saat itu mencari pekerjaan baru bukan lagi suatu hal yang mudah , sehingga ayahku sempat menjadi pengangguran. Sedangkan ibuku sempat menjadi penjual sayuran . Namun hal itu tidak membuat keluargaku gentar, mereka sadar bahwa jauh di masa lalu, orang-orang kita dulu lebih berat cobaannya, namun mereka lebih kuat dari apa yang menimpa mereka. Seperti firman Allah swt. bahwa Allah tidak akan berubah nasib suatu kaum sebelum mereka yang menghendaki untuk mengubah nasibnya sendiri. Seperti bangsa ku dulu, kuat dan tahan banting, orang tuaku mencoba menerapkan hal ini pada hidup kami saat itu. Keadaan hidup kami pun berangsur-angsur membaik.
Maka pada tahun itu Bapak Baharudin Jusuf Habibie memerintah negara setelah lengsernya Bapak Soeharto. Pada saat itu aku baru berusia kurang lebih 3 tahun, dan masih belum mengerti tentang hiruk pikuk negara ini. Saat ku tanya pada orang tuaku apa yang mereka rasakan pada massa kepemimpinan Bapak Habibie, jawaban yang kuterima adalah, tidak terlalu ingat. Mungkin karena massa kepemimpinan Bapak Habibie bisa dibilang sangat singkat yaitu sejak tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 oktober 1999, yang mereka rasakan hanyalah kebebasan pers yang makin membaik, tidak seperti pada masa kepemimpinan Bapak Soeharto, pers tidak berani memunculkan berita yang sifatnya mengkritik masa kepemerintahan rezim Soeharto, bahkan mereka cenderung memberitakan hal yang baiknya saja. Bagi siapapun yang berani mengkritik saja, maka akibatnya hilang nyawa tanpa jejak, selain itu Bapak Habibe juga berupaya mengatasi krisis ekonomi 1997, sehingga perekonomian Indonesia dirasa lebih membaik.
Massa kepemerintahan Bapak Habibie berakhir sejalan dengan akan diselenggarakannya  pemilu 1999. Menurut kesaksian ayahku sebagai rakyat Indonesia yang melek politik, sebelum diadakannya pemilihan umum 1999, diadakan Rapat Laporan Pertanggung Jawaban Presiden. Ternyata laporan pertanggung jawaban Bapak Habibie di tolak, aku bertanya kenapa laporan pertanggung jawaban itu di tolak, ayahku berkata bahwa pada massa kepemerintahan Bapak Habibie, terjadi banyak gerakan pemisahan diri dari negara, seperti halnya GAM dan Gerakan Papua Merdeka dan terjadi banyak penyeludupan. Sehingga pada 20 Oktober 1999 Bapak Habibie resmi turun dari jabatannya. Yang ku dengar tentang beliau hingga kini yaitu, kecerdasannya, kepiawaiannya, hingga ia sangat dihargai jasanya di bidang ilmu teknologi, tapi sayang yang pertama kali peka terhadap jasa nya bukan lah bangsanya sendiri. Bangsa Jerman lebih utama melihat potensi dirinya yang mahir membuat pesawat kala itu. Tapi yang aku banggakan juga darinya, meskipun kini ia telah tinggal di Jerman, namun dirinya masih berkewarganegaraan Indonesia, dan dia bersedia jika diminta berbagi tentang ilmunya di Indonesia.  Beliau juga sosok suami setia, cintanya kepada Ibu Ainun tetap bersemi meskipun istrinya itu kini telah berpulang sampai beliau menulis sebuah buku kisah hidup mereka dalam sebuah buku. Ya begitulah sedikit yang aku ketahui tentang beliau.
Saat itu usiaku masih sekitar 4 tahun saja, belum sempat aku mengerti, siapa pemimpin negaraku saat itu, ternyata yang ku ingat Indonesia telah berganti Presiden sebanyak 4 kali. Ya, negriku kini di pimpin oleh Abdurrachman Wahid dan wakilnya Megawati soekarno putri. Saat itu aku tidak terlalu tahu siapa figur seorang Gus Dur, yang aku ingat saat itu adalah suatu pertanyaan yang terlontar dari mulut lugu anak berusia 4 tahun, “Ayah, kenapa Pak Gus Dur di panggil Gus Dur, katanya namanya Abdurrachman Wahid ?.
Ayah hanya tersenyum mendengar kalimat-kalimat yang ku tanyakan saat itu. Katanya aku akan mengerti ketika dewasa nanti. Ya, saat ini aku telah mengerti, Presiden kita yang ke 4 ini adalah sosok yang agamis, beliau lahir ditengah-tengah keluarga dengan agama Islam yang kuat. Dan aku baru mengetahui asal nama Gus Dur pada saat aku duduk di kelas 12. Ironis mungkin, aku yang dulu sangat penasaran tapi tidak berusaha mencari jawabannya. Gus Dur terdiri dari kata Gus yang merupakan sebutan bagi anak kyai, sedangkan Dur adalah panggilan pendek dari Abdur. Yang aku ketahui saat ini adalah bahwa beliau adalah orang hebat, cerdas dan sangat aktif dalam ke organisasian.
Pengangkatan beliau sebagai presiden, menurutku cukup unik, ia yang sebelumnya dalam pemilu 1999 kalah dengan wakilnya yaitu Bu Mega justru malah menjadi presiden, alasan para anggota DPR yang umumnya beragama islam saat itu adalah bahwa pemimpin itu lebih baik laki-laki dari pada perempuan. Pada masa kepemimpinannya, beliau berhasil menciptakan iklim politik Indonesia yang demokratis, serta memurnikan tugas militer tanpa ada unsur sosial maupun politik. Namun ketika itu Gus Dur di sinyalir memiliki kaitan dengan kasus Buloggate dan Bruneigate, jika di pikir-pikir seorang Gus Dur yang terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat agamis, memang sulit untuk mempercayai kebenaran kasus ini. Entah benar atau tidak berita ini masih simpang siur kebenarannya, namun hal ini membuat popularitasnya dimata publik menurun, selain itu beliau memecat mentri-mentri tanpa alasan, bahkan beliau juga berniat akan membubarkan DPR, sehingga terjadi protes besar dari manapun, beliau mengeluarkan dekrit 22 juli 2001 yang isinya tentang pembaharuan DPR dan MPR , dan pembubaran golkar. Sehingga MPR mengadakan rapat pelengseran Gus Dur , Maka beliau lengser dari jabatan pada 21 juli 2001 dan digantikan oleh wakilnya yaitu Megawati.
Ketika aku duduk di kelas 2 Sekolah Dasar , Presiden ku adalah Ibu Megawati dari Partai PDIP yang terkenal dengan gambar banteng nya. Namanya sering muncul di soal- soal ulangan ku dulu, ‘siapakah Presiden kita saat in?’. Ya setidaknya aku tahu bahwa jawabannya adalah Ibu Megawati Soekarno Puteri, dari namanya saja aku sudah menduga- duga apakah beliau adalah anak dari Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno? Ternyata iya. Saat Ibu Megawati memimpin, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat mencengangkan bagi bangsa yaitu terjadinya tragedi Bom Bali tahun 2002 , dan Peristiwa Pengeboman Hotel JW Marriot yang katanya dilakukan oleh teroris, hal ini memunculkan spekulasi umum, bahwa masa kepemimpinan beliau kurang aman. Belum lagi dengan munculnya peristiwa yang menggemparkan dunia, yaitu gedung WTC di Amerika Serikat di Bom. Lagi-lagi katanya oleh teroris, tapi kenapa islam yang tuduh menjadi dalang di balik tindakan terorisme ini? Aku juga tidak mengerti kenapa? Tapi yang aku dengar ketika aku masih duduk di bangku SD adalah saat itu islam menjadi momok yang menakutkan bagi dunia, semua mengecam islam. Padahal belum tentu pelakunya orang islam meskipun pada zaman dahulu, islam memang  memerangi kaum kafir tapi itu terjadi untuk melindungi agama Allah, dan mereka pun tidak menyerang jika orang kafir tidak menyerang mereka, lagi pula jika memang benar pelakunya adalah orang islam, tidak semua orang islam berlaku sebodoh itu, kita ini menjunjung toleransi. Jika ingin mengadili, adililah pelakunya bukan agamanya, karena pada saat itu islam sangat dikucilkan dimata dunia. Memang tidak ada kaitannya dengan Ibu Megawati, tapi karena hal ini jugalah yang memicu tindakan terorisme yang hingga kini masih sering terjadi di negeri ini. Kepemerintahan beliau berakhir pada pemilu 2004, beliau mencalonkan dirinya kembali sebagai presiden, namun Ibu Megawati kalah saing dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dari partai Demokrat, pemilu saat itu adalah pemilu pertama Indonesia yang presidennya di pilih langsung oleh rakyat.
Tahun 2004 bangsa Indonesia mendapat pemimpin baru lagi, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Entah benar atau tidak dan bukan maksudku mempercayai ramalan, pada zaman dahulu dimasa kerajaan tanah air, ada seseorang yang bernama Jayabaya meramalkan bahwasannya negeri ini harus mendaptkan pemimpin yang memiliki suku kata No, To, No, Go, atau Ro pada namanya. Jika tidak maka negara ini akan menjadi goro-goro yang artinya rusak, seperti Ir Soekarno, Soeharto, dan Susilo Bambang Yudhoyono , sehingga ramalan ini dikenal dengan ramalan Jayabaya. Darimana aku mengetahui hal ini? Jawabannya dari teman temanku yag hobinya menggali informasi didunia lain, yang kita sebut dunia cyber. Terserah apa kata ramalan itu, yang aku pikirkan hanya jika memang demikian, itulah takdir sang illahi, kita sebagai manusia hanya bisa berfikir positif dan melakukan yang terbaik bagi negara ini terlepas dari segala isu ramalan yang beredar.
Lama kelamaan rasa cintaku kepada tanah air kian muncul seiring bertambahnya umurku, meskipun saat itu usiaku masih sekitar 10 tahun saja dan pengetahuanku tentang negeri ini masih sangat kecil, namun antusiasku dalam belajar membuktikan bahwa aku siap menjadi penerus bangsa. Aku giat mempelajari apapun meski aku belum tahu akan jadi apa aku nanti, dengan cara apa aku  menjadi pahlawan bagi negeriku sendiri, atau setidaknya tidak menuntut negara untuk memberikan apapun padaku, tetapi memikirkan apa yang bisa aku berikan pada negara ini. Jangan sampai negeri subur dan makmur ini di tinggalkan oleh bangsanya yang geram melihat pemerintah yang hobinya menggerogoti harta rakyat, sehingga ada yang berniat menetap di Jerman, Amerika, Jepang, Korea dll. Hal ini yang ku dengar dari mulut teman-teman ku sendiri, sungguh miris hati ini. Memang di masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab di panggil pak SBY ini gencar memerangi koruptor di negeri ini, coba bayangkan Indonesia adalah salah satu negara terkorup di dunia. Ya, sudah beberapa kasus yang terbongkar, uang yang di gasak pun bukan dalam jumlah yang sedikit, malah hingga triliunan rupiah.
 Peran media dan pers semakin membuka mataku yang mulai dewasa dan mengerti negeri ini, banyak sekali kasus korupsi yang ku lihat di media, dan kebanyakan mereka mengelak keterlibatan mereka tentang kasus itu. Namun kasus tidak dapat terbantahkan lagi, bukti-bukti sudah jelas sehingga mereka mengalami hukuman. Tapi yang aku lihat mereka dihukum hanya untuk beberapa tahun saja, apakah itu adil? Sementar teman-temanku nun jauh di sana sekolah mati-matian demi mengharumkan negeri ini, menyebrang sungai untuk kesekolah, sedangkan wakil rakyatnya yang mempermalukan negeri. Coba lihat ayah dan ibu kami, bekerja tiada henti, membayar pajak untuk negeri, tapi jerih payahnya di korupsi orang-orang tak berhati. Kapan mereka yang korupsi itu sadar? Mereka itu hanya wakil rakyat, semua yang memiliki embel-embel wakil kan biasanya kedudukannya lebih rendah dari ketuanya. Misalnya wakil ketua kelas jabatannya lebih rendah dari pada ketua kelas, wakil bupati jabatannya lebih rendah dari Bupati dll, sehingga kekuasaannya pun tidak setinggi atasannya. Coba lihat, namanya saja wakil rakyat pasti jabatan dan kekuasaannya pun lebih rendah dari rakyat, tapi coba lihat lagi apakah benar demikian?. Raja nya banting tulang bekerja, ada yang menjadi pembantu rumah tangga, buruh pabrik, pedagang, pengusaha dll, sedangkan wakilnya berleha-leha duduk dikursi dan mengkorupsi uang rajanya. Dan tidak jarang aku melihat di televisi bahwa anggota DPR tertidur saat rapat, dan bahkan ada yang tertangkap kamera tengah menonton video porno saat rapat, sungguh memalukan. Apa mereka tidak sadar bahwa diri merka itu dipilih dan dipercaya untuk memimpin negeri ini rakyat, setidaknya kerja keras rakyat juga terbayar dengan kerja keras wakil rakyat yang jujur dalam membangun negeri.
Hal inilah yang kiranya menjadi tugas berat pak SBY, memberantas korupsi tanpa pandang bulu. Untuk menjalankan programnya pak SBY di dampingi oleh wakilnya yaitu  Muhammad Jusuf Kalla. Bersama beliaulah pak SBY memimpin negeri ini. Kabinetnya di beri nama kabinet Indonesia bersatu. Namun, dalam prosesnya hubungan mereka terjadi kekurang harmonisan, mungkin karena perbedaan paham dan sebagainya. Namun mereka masih dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang nomor 1 dan nomor 2 di negeri ini dengan cukup baik hingga akhir massa periode kepemimpinannya.
Pada pemilihan umum 2009, Pak SBY mencalonkan lagi menjadi presiden, begitu juga dengan mantan partnernya yaitu pak Jusuf Kalla, beliau pun mendaftarkan dirinya sendiri. Namun persaingan sengit terlihat diantara SBY dengan Jusuf Kalla. Slogan kampanye SBY yang berbunyi ‘ Lanjutkan!’ di balas dengan slogan Jusuf kalla yang berbunyi ‘Lebih cepat lebih baik’ menambah seru persaingan politik, namun tetap sehat dan fair. Namun pemilihan umum saat itu berpihak kepada pak SBY lagi, mungkin karena kepemimpinan beliau sebelumnya berkesan baik di hati rakyat karena berhasil mengungkap dan mengadili kasus korupsi, Pak SBY menjabat lagi untuk periode kedeua bersama wakilnya Boediono.
Sosok beliau adalah penggemar musik sehingga beliau telah menciptakan lagu bertemakan smangat membangun negeri, beliau juga tipe suami yang setia, kemanapun ia pergi pasti disana turut juga Ibu Ani Yudhoyono yaitu istrinya. Dalam masa jabatanya ia aktif mengunjungi negara negara dunia untuk bersilaturahmi, juga tidak jarang  turun lansung ke daerah Indonesia yang mengalami bencana alam. Kabinetnya diberi nama Kabinet Indonesia Jilid II. Namun tidak jarang beliau mereshuffle beberapa kabinetnya yang dirasa kurang mampu mengemban amanat. Sebagai tindakan lanjut dalam pemberantasan korupsi, beliau pun mendukung kinerja KPK, sehingga KPK berhasil menangkap beberapa orang yang terlibat penggelapan uang, contohnya Gayus Tambunan, ia adalah seorang pegawai bank, tapi ia telah mengkorup banyak rupiah. Apalagi setelah ia dalam masa hukuman, masih sempat ia menyuap petugas lapas untuk membebaskannya dalam plesiran ke Bali menonton olahraga Tennis. Aku berpikir bahwa negeri ini sudah sangat parah, dimana mana korupsi, dari yang hanya polisi lalu lintas ketika menilang pelaku pelanggaran lalu lintas saja bisa juga disuap dengan uang dan banyak lagi contoh lainnya. Aku sangat terkejut, jangan-jangan negara ini lebih banyak yang seperti itu dibandingkan yang jujurnya. Coba bayangkan mereka yang ikut pemilu, baik didaerah maupun di pusat ada yang sampai menghabiskan uangnya untuk berkampanye dan money politik, lalu untuk apa? Mungkin kasus korupsi bukanlah unsur yang datangnya tiba-tiba, tetapi memamg sudah di rencanakan. Agar modal dalam kampanye dengan cara apapun dapat kembali lagi mungkin setelah mereka terpilih maka akan lansung korupsi, maka tidak jarang mereka yang gagal terpilih justru menjadi frustasi dan gila karena merasa telah mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk kampanye dan ia sadar bahwa uangnya tidak bisa kembali lagi.
Sampai suatu ketika ada perseteruan antara KPK dengan polri, KPK menganggap polri tidak dapat diajak kerja sama, buktinya ada saja pihak kepolisian yang masih bisa disuap, lalu bagaimana dengan proses pengadilan pelaku korupsi, pastinya akan lebih runyam, namun Polri tidak terima, malah mereka menuding ada main antara KPK, yaitu ketuanya yang juga disebut sebut terlibat kasusu korupsi. Sehingga di berita dan media muncul sebutan cicak versus buaya, cicaj  adalah KPK yng organisasinya hanya sedikit, sedangkan buaya di simbolkan bagi Polri yang beranggota sangat banyak diseluruh Indonesia. Perdebatan ini terus berlangsung hingga pak SBY menyampaikan pidatonya bahwa pengusutan kasus korupsi dilakukan oleh KPK bukan pihak kepolisian. Akhirnya perseteruan ini mereda.
Muncul lagi kasus baru yaitu keterangan dari mulut Dahlan Iskan sebagai mantan Mentri BUMN bahwa pada masa jabatan dahlan sebagai mentri BUMN, banyak diantaranya anggota DPR yang menyuapnya untuk kelancaran suatu proyek, sehingga menggemparkan seluruh anggota DPR. Dahlan dianggap telah merusak reputasi wakil rakyat dimata publik, padahal tidak semua anggota DPR berlaku demikian. Dahlan pun diminta pertanggung jawabannya atas tuduhannya, maka ia menyebutkan beberapa nama yang terkait penyuapanyang ia maksud. sehingga terbongkarlah beberapa orang yang memang terlibat. Hal ini membuat aku berpikir, bahwa di luar sana masih banyak koruptor-kooruptor yang bersembunyi dan mungkin saja yang sudah terungkap kali ini hanyalah ikan teri nyasaja, ikan kakap dan yang lebih besarnya masih banyak. Namun mungkin skenario mereka yang apik masih dapat melindungi mereka, karena kasus korupsi pastilah beralur, tidak mungkin dilakukan oleh seorang saja.
Belum lama ini yaitu tanggal 14 November 2012, aku melihat berita di televisi, bahwa Pak SBY membubarkan BP Migas, alasannya adalah sudah ada BUMN jadi BP Migas di perlukan lagi. Hal ini mendapat protes dari beberapa kalangan bahwa, karyawan BP migas perlu di perhatikan juga nasibnya.
Aku menonton di televisi, bahwa dalam dialog kegaraan Adhi Masardi dari partai PKB mengatakan bhwa SBY membubarkan BP Migas untuk melindungi mafia migas, hal ini menjadi perseteruan antara Adhi dengan Sutan Batoegana dari kubu demokrat. Sutan mengatakan bahwa Pak Adhi tidak boleh berbicara demikian, lalu bagaimana dengan massa kepemerintahan Gus Dur? Apakah bersih , bagaimana dengan kasus bulogate dan bruneigate?. Pernyataan ini yang membuat kecaman terjadi kepada sutan, masa pendukung Gus Dur seperti dari PKB dan lembaga-lembaga islam masyarakat memprotes tindakan Sutan karena telah menghina Gus Dur, dan menuntutnya untuk segera dipecat sebagai anggota DPR. Namun sutan bersikeras ia mau minta maaf asalkan Adhi Masardi juga meminta maaf kepada SBY.

Hingga kini kasus ini tetap masih berjalan dan belum ada penyelesaiannya. Tapi bagaimanapun menyebalkannya negeri ini, aku tidak mau mnghkhianati negeri ku sendiri. Aku akan menjadi warga Indonesia yang berguna dimasa yang akan datang, bukan malah meninggalkan negeri ini yang masih kacau balau dengan pindah keluar negeri, dan menyisakan orang orang yang tidak mampu untuk memimpin negeri ini, jika begitu mau jadi apa negara kita ini nanti?. Yang aku harapkan bahwa negeri ini nantinya akan lebih maju lagi ditangan orang yang cerdas juga jujur, bukannya yang pintar lalu kebelenger, itu kata ibuku. (dibuat tahun 2013 saat aku masih duduk dibangku SMA)

0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter