Aku , Tanah Airku, dan Pemimpinnya
Indonesia adalah negara yang memiliki
sejuta cerita dibalik kisah perjalanan perpolitikannya. Sejuta sejarah
menorehkan warna warni tinta kehidupan bernegara di tanah air yang kita cintai
ini. Dimulai dari kisah sejarah perjuangan merebut kemerdekaan yang pernah
dirampas penjajah, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hingga massa di mana
aku hidup di negara ini, yaitu mengisi kemerdekaan. Sebagai generasi muda,
tentunya nasib negara ini dimasa yang
akan datang berada di tangan kami. Mungkin salah satunya adalah aku, pemegang
estafet kehidupan bernegara di kemudian hari. Membawa negara ini pada tujuan
yang hakiki, kesejahteraan yang dicita-citakan semua bangsa di dunia. Namun
bagaimana itu terjadi? Kami harus memahami siapa diri ini, Bangsa ini, dan
negeri ini. Karena bangsa yang besar adalah bengsa yang memahami dirinya dan
sejarah hidupnya, dan orang yang bijak adalah orang yang mampu mengambil pelajaran dan hikmah dibalik peristiwa
yang telah terjadi di masa lampau. Meski aku tidak berada pada saat dimana
perjuangan di titik beratkan untuk memperoleh kemerdekaan ataupun
mempertahankannya, tapi aku yakin dalam diri setiap manusia di negeri ini
termasuk aku ingin menjadi pahlawan bagi negara dan bangsanya sendiri entah bagaimana
pun caranya. Dan beginilah cara kami memahami negeri dan bangsa sendiri,
mempelajari, memahami dan menjadikannya motivasi untuk Negeri yang lebih maju
di kemudian hari.
Namaku Hilda Meilani, aku terlahir
pada senin 29 Mei 1995. Ya, aku lahir di
massa kepemimpinan Alm. Bapak Soeharto, presiden Indonesia yang ke 2.
Namun sebelum aku mengerti dan memahami kebijakan dalam massa kepemerintahan
beliau, beliau telah lengser di tahun 1998 menyisakan masalah pelik, yaitu
krisis moneter dan kemerosotan ekonomi. Masalah yang menjadi masalah hidup
seluruh dunia ini juga menimpa keluargaku, Ayahku yang bekerja menjadi seorang
karyawan di perusahaan swasta menjadi imbasnya juga, ayahku ter-PHK. Saat itu
mencari pekerjaan baru bukan lagi suatu hal yang mudah , sehingga ayahku sempat
menjadi pengangguran. Sedangkan ibuku sempat menjadi penjual sayuran . Namun
hal itu tidak membuat keluargaku gentar, mereka sadar bahwa jauh di masa lalu,
orang-orang kita dulu lebih berat cobaannya, namun mereka lebih kuat dari apa yang
menimpa mereka. Seperti firman Allah swt. bahwa Allah tidak akan berubah nasib
suatu kaum sebelum mereka yang menghendaki untuk mengubah nasibnya sendiri.
Seperti bangsa ku dulu, kuat dan tahan banting, orang tuaku mencoba menerapkan
hal ini pada hidup kami saat itu. Keadaan hidup kami pun berangsur-angsur
membaik.
Maka pada tahun itu Bapak Baharudin
Jusuf Habibie memerintah negara setelah lengsernya Bapak Soeharto. Pada saat
itu aku baru berusia kurang lebih 3 tahun, dan masih belum mengerti tentang hiruk
pikuk negara ini. Saat ku tanya pada orang tuaku apa yang mereka rasakan pada
massa kepemimpinan Bapak Habibie, jawaban yang kuterima adalah, tidak terlalu
ingat. Mungkin karena massa kepemimpinan Bapak Habibie bisa dibilang sangat
singkat yaitu sejak tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 oktober 1999, yang mereka
rasakan hanyalah kebebasan pers yang makin membaik, tidak seperti pada masa
kepemimpinan Bapak Soeharto, pers tidak berani memunculkan berita yang sifatnya
mengkritik masa kepemerintahan rezim Soeharto, bahkan mereka cenderung
memberitakan hal yang baiknya saja. Bagi siapapun yang berani mengkritik saja,
maka akibatnya hilang nyawa tanpa jejak, selain itu Bapak Habibe juga berupaya
mengatasi krisis ekonomi 1997, sehingga perekonomian Indonesia dirasa lebih
membaik.
Massa kepemerintahan Bapak Habibie
berakhir sejalan dengan akan diselenggarakannya pemilu 1999. Menurut kesaksian ayahku sebagai
rakyat Indonesia yang melek politik, sebelum diadakannya pemilihan umum 1999,
diadakan Rapat Laporan Pertanggung Jawaban Presiden. Ternyata laporan
pertanggung jawaban Bapak Habibie di tolak, aku bertanya kenapa laporan
pertanggung jawaban itu di tolak, ayahku berkata bahwa pada massa
kepemerintahan Bapak Habibie, terjadi banyak gerakan pemisahan diri dari negara,
seperti halnya GAM dan Gerakan Papua Merdeka dan terjadi banyak penyeludupan.
Sehingga pada 20 Oktober 1999 Bapak Habibie resmi turun dari jabatannya. Yang
ku dengar tentang beliau hingga kini yaitu, kecerdasannya, kepiawaiannya,
hingga ia sangat dihargai jasanya di bidang ilmu teknologi, tapi sayang yang
pertama kali peka terhadap jasa nya bukan lah bangsanya sendiri. Bangsa Jerman
lebih utama melihat potensi dirinya yang mahir membuat pesawat kala itu. Tapi
yang aku banggakan juga darinya, meskipun kini ia telah tinggal di Jerman,
namun dirinya masih berkewarganegaraan Indonesia, dan dia bersedia jika diminta
berbagi tentang ilmunya di Indonesia.
Beliau juga sosok suami setia, cintanya kepada Ibu Ainun tetap bersemi
meskipun istrinya itu kini telah berpulang sampai beliau menulis sebuah buku
kisah hidup mereka dalam sebuah buku. Ya begitulah sedikit yang aku ketahui
tentang beliau.
Saat itu usiaku masih sekitar 4 tahun
saja, belum sempat aku mengerti, siapa pemimpin negaraku saat itu, ternyata
yang ku ingat Indonesia telah berganti Presiden sebanyak 4 kali. Ya, negriku
kini di pimpin oleh Abdurrachman Wahid dan wakilnya Megawati soekarno putri.
Saat itu aku tidak terlalu tahu siapa figur seorang Gus Dur, yang aku ingat
saat itu adalah suatu pertanyaan yang terlontar dari mulut lugu anak berusia 4
tahun, “Ayah, kenapa Pak Gus Dur di panggil Gus Dur, katanya namanya
Abdurrachman Wahid ?.
Ayah hanya tersenyum mendengar
kalimat-kalimat yang ku tanyakan saat itu. Katanya aku akan mengerti ketika
dewasa nanti. Ya, saat ini aku telah mengerti, Presiden kita yang ke 4 ini
adalah sosok yang agamis, beliau lahir ditengah-tengah keluarga dengan agama
Islam yang kuat. Dan aku baru mengetahui asal nama Gus Dur pada saat aku duduk
di kelas 12. Ironis mungkin, aku yang dulu sangat penasaran tapi tidak berusaha
mencari jawabannya. Gus Dur terdiri dari kata Gus yang merupakan sebutan bagi
anak kyai, sedangkan Dur adalah panggilan pendek dari Abdur. Yang aku ketahui
saat ini adalah bahwa beliau adalah orang hebat, cerdas dan sangat aktif dalam
ke organisasian.
Pengangkatan beliau sebagai presiden,
menurutku cukup unik, ia yang sebelumnya dalam pemilu 1999 kalah dengan wakilnya
yaitu Bu Mega justru malah menjadi presiden, alasan para anggota DPR yang
umumnya beragama islam saat itu adalah bahwa pemimpin itu lebih baik laki-laki
dari pada perempuan. Pada masa kepemimpinannya, beliau berhasil menciptakan
iklim politik Indonesia yang demokratis, serta memurnikan tugas militer tanpa
ada unsur sosial maupun politik. Namun ketika itu Gus Dur di sinyalir memiliki
kaitan dengan kasus Buloggate dan Bruneigate, jika di pikir-pikir seorang Gus
Dur yang terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat agamis, memang sulit
untuk mempercayai kebenaran kasus ini. Entah benar atau tidak berita ini masih
simpang siur kebenarannya, namun hal ini membuat popularitasnya dimata publik
menurun, selain itu beliau memecat mentri-mentri tanpa alasan, bahkan beliau
juga berniat akan membubarkan DPR, sehingga terjadi protes besar dari manapun,
beliau mengeluarkan dekrit 22 juli 2001 yang isinya tentang pembaharuan DPR dan
MPR , dan pembubaran golkar. Sehingga MPR mengadakan rapat pelengseran Gus Dur
, Maka beliau lengser dari jabatan pada 21 juli 2001 dan digantikan oleh
wakilnya yaitu Megawati.
Ketika aku duduk di kelas 2 Sekolah
Dasar , Presiden ku adalah Ibu Megawati dari Partai PDIP yang terkenal dengan
gambar banteng nya. Namanya sering muncul di soal- soal ulangan ku dulu,
‘siapakah Presiden kita saat in?’. Ya setidaknya aku tahu bahwa jawabannya
adalah Ibu Megawati Soekarno Puteri, dari namanya saja aku sudah menduga- duga
apakah beliau adalah anak dari Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno?
Ternyata iya. Saat Ibu Megawati memimpin, terjadi peristiwa-peristiwa yang
sangat mencengangkan bagi bangsa yaitu terjadinya tragedi Bom Bali tahun 2002 ,
dan Peristiwa Pengeboman Hotel JW Marriot yang katanya dilakukan oleh teroris,
hal ini memunculkan spekulasi umum, bahwa masa kepemimpinan beliau kurang aman.
Belum lagi dengan munculnya peristiwa yang menggemparkan dunia, yaitu gedung
WTC di Amerika Serikat di Bom. Lagi-lagi katanya oleh teroris, tapi kenapa
islam yang tuduh menjadi dalang di balik tindakan terorisme ini? Aku juga tidak
mengerti kenapa? Tapi yang aku dengar ketika aku masih duduk di bangku SD
adalah saat itu islam menjadi momok yang menakutkan bagi dunia, semua mengecam
islam. Padahal belum tentu pelakunya orang islam meskipun pada zaman dahulu,
islam memang memerangi kaum kafir tapi
itu terjadi untuk melindungi agama Allah, dan mereka pun tidak menyerang jika
orang kafir tidak menyerang mereka, lagi pula jika memang benar pelakunya adalah
orang islam, tidak semua orang islam berlaku sebodoh itu, kita ini menjunjung
toleransi. Jika ingin mengadili, adililah pelakunya bukan agamanya, karena pada
saat itu islam sangat dikucilkan dimata dunia. Memang tidak ada kaitannya dengan
Ibu Megawati, tapi karena hal ini jugalah yang memicu tindakan terorisme yang
hingga kini masih sering terjadi di negeri ini. Kepemerintahan beliau berakhir
pada pemilu 2004, beliau mencalonkan dirinya kembali sebagai presiden, namun
Ibu Megawati kalah saing dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dari partai
Demokrat, pemilu saat itu adalah pemilu pertama Indonesia yang presidennya di
pilih langsung oleh rakyat.
Tahun 2004 bangsa Indonesia mendapat
pemimpin baru lagi, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Entah benar atau tidak dan
bukan maksudku mempercayai ramalan, pada zaman dahulu dimasa kerajaan tanah
air, ada seseorang yang bernama Jayabaya meramalkan bahwasannya negeri ini
harus mendaptkan pemimpin yang memiliki suku kata No, To, No, Go, atau Ro pada
namanya. Jika tidak maka negara ini akan menjadi goro-goro yang artinya rusak, seperti
Ir Soekarno, Soeharto, dan Susilo Bambang Yudhoyono , sehingga ramalan ini dikenal
dengan ramalan Jayabaya. Darimana aku mengetahui hal ini? Jawabannya dari teman
temanku yag hobinya menggali informasi didunia lain, yang kita sebut dunia
cyber. Terserah apa kata ramalan itu, yang aku pikirkan hanya jika memang
demikian, itulah takdir sang illahi, kita sebagai manusia hanya bisa berfikir
positif dan melakukan yang terbaik bagi negara ini terlepas dari segala isu
ramalan yang beredar.
Lama kelamaan rasa cintaku kepada
tanah air kian muncul seiring bertambahnya umurku, meskipun saat itu usiaku
masih sekitar 10 tahun saja dan pengetahuanku tentang negeri ini masih sangat
kecil, namun antusiasku dalam belajar membuktikan bahwa aku siap menjadi
penerus bangsa. Aku giat mempelajari apapun meski aku belum tahu akan jadi apa
aku nanti, dengan cara apa aku menjadi
pahlawan bagi negeriku sendiri, atau setidaknya tidak menuntut negara untuk
memberikan apapun padaku, tetapi memikirkan apa yang bisa aku berikan pada
negara ini. Jangan sampai negeri subur dan makmur ini di tinggalkan oleh
bangsanya yang geram melihat pemerintah yang hobinya menggerogoti harta rakyat,
sehingga ada yang berniat menetap di Jerman, Amerika, Jepang, Korea dll. Hal
ini yang ku dengar dari mulut teman-teman ku sendiri, sungguh miris hati ini.
Memang di masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab di
panggil pak SBY ini gencar memerangi koruptor di negeri ini, coba bayangkan
Indonesia adalah salah satu negara terkorup di dunia. Ya, sudah beberapa kasus
yang terbongkar, uang yang di gasak pun bukan dalam jumlah yang sedikit, malah
hingga triliunan rupiah.
Peran media dan pers semakin membuka mataku
yang mulai dewasa dan mengerti negeri ini, banyak sekali kasus korupsi yang ku
lihat di media, dan kebanyakan mereka mengelak keterlibatan mereka tentang
kasus itu. Namun kasus tidak dapat terbantahkan lagi, bukti-bukti sudah jelas
sehingga mereka mengalami hukuman. Tapi yang aku lihat mereka dihukum hanya
untuk beberapa tahun saja, apakah itu adil? Sementar teman-temanku nun jauh di
sana sekolah mati-matian demi mengharumkan negeri ini, menyebrang sungai untuk
kesekolah, sedangkan wakil rakyatnya yang mempermalukan negeri. Coba lihat ayah
dan ibu kami, bekerja tiada henti, membayar pajak untuk negeri, tapi jerih
payahnya di korupsi orang-orang tak berhati. Kapan mereka yang korupsi itu
sadar? Mereka itu hanya wakil rakyat, semua yang memiliki embel-embel wakil kan
biasanya kedudukannya lebih rendah dari ketuanya. Misalnya wakil ketua kelas
jabatannya lebih rendah dari pada ketua kelas, wakil bupati jabatannya lebih
rendah dari Bupati dll, sehingga kekuasaannya pun tidak setinggi atasannya.
Coba lihat, namanya saja wakil rakyat pasti jabatan dan kekuasaannya pun lebih
rendah dari rakyat, tapi coba lihat lagi apakah benar demikian?. Raja nya
banting tulang bekerja, ada yang menjadi pembantu rumah tangga, buruh pabrik,
pedagang, pengusaha dll, sedangkan wakilnya berleha-leha duduk dikursi dan
mengkorupsi uang rajanya. Dan tidak jarang aku melihat di televisi bahwa
anggota DPR tertidur saat rapat, dan bahkan ada yang tertangkap kamera tengah
menonton video porno saat rapat, sungguh memalukan. Apa mereka tidak sadar bahwa
diri merka itu dipilih dan dipercaya untuk memimpin negeri ini rakyat,
setidaknya kerja keras rakyat juga terbayar dengan kerja keras wakil rakyat
yang jujur dalam membangun negeri.
Hal inilah yang kiranya menjadi tugas
berat pak SBY, memberantas korupsi tanpa pandang bulu. Untuk menjalankan
programnya pak SBY di dampingi oleh wakilnya yaitu Muhammad Jusuf Kalla. Bersama beliaulah pak
SBY memimpin negeri ini. Kabinetnya di beri nama kabinet Indonesia bersatu.
Namun, dalam prosesnya hubungan mereka terjadi kekurang harmonisan, mungkin
karena perbedaan paham dan sebagainya. Namun mereka masih dapat menjalankan
kewajibannya sebagai orang nomor 1 dan nomor 2 di negeri ini dengan cukup baik
hingga akhir massa periode kepemimpinannya.
Pada pemilihan umum 2009, Pak SBY
mencalonkan lagi menjadi presiden, begitu juga dengan mantan partnernya yaitu
pak Jusuf Kalla, beliau pun mendaftarkan dirinya sendiri. Namun persaingan
sengit terlihat diantara SBY dengan Jusuf Kalla. Slogan kampanye SBY yang
berbunyi ‘ Lanjutkan!’ di balas dengan slogan Jusuf kalla yang berbunyi ‘Lebih
cepat lebih baik’ menambah seru persaingan politik, namun tetap sehat dan fair.
Namun pemilihan umum saat itu berpihak kepada pak SBY lagi, mungkin karena
kepemimpinan beliau sebelumnya berkesan baik di hati rakyat karena berhasil
mengungkap dan mengadili kasus korupsi, Pak SBY menjabat lagi untuk periode
kedeua bersama wakilnya Boediono.
Sosok beliau adalah penggemar musik
sehingga beliau telah menciptakan lagu bertemakan smangat membangun negeri,
beliau juga tipe suami yang setia, kemanapun ia pergi pasti disana turut juga
Ibu Ani Yudhoyono yaitu istrinya. Dalam masa jabatanya ia aktif mengunjungi
negara negara dunia untuk bersilaturahmi, juga tidak jarang turun lansung ke daerah Indonesia yang
mengalami bencana alam. Kabinetnya diberi nama Kabinet Indonesia Jilid II.
Namun tidak jarang beliau mereshuffle beberapa kabinetnya yang dirasa kurang
mampu mengemban amanat. Sebagai tindakan lanjut dalam pemberantasan korupsi,
beliau pun mendukung kinerja KPK, sehingga KPK berhasil menangkap beberapa
orang yang terlibat penggelapan uang, contohnya Gayus Tambunan, ia adalah
seorang pegawai bank, tapi ia telah mengkorup banyak rupiah. Apalagi setelah ia
dalam masa hukuman, masih sempat ia menyuap petugas lapas untuk membebaskannya
dalam plesiran ke Bali menonton olahraga Tennis. Aku berpikir bahwa negeri ini
sudah sangat parah, dimana mana korupsi, dari yang hanya polisi lalu lintas
ketika menilang pelaku pelanggaran lalu lintas saja bisa juga disuap dengan
uang dan banyak lagi contoh lainnya. Aku sangat terkejut, jangan-jangan negara
ini lebih banyak yang seperti itu dibandingkan yang jujurnya. Coba bayangkan
mereka yang ikut pemilu, baik didaerah maupun di pusat ada yang sampai
menghabiskan uangnya untuk berkampanye dan money politik, lalu untuk apa?
Mungkin kasus korupsi bukanlah unsur yang datangnya tiba-tiba, tetapi memamg
sudah di rencanakan. Agar modal dalam kampanye dengan cara apapun dapat kembali
lagi mungkin setelah mereka terpilih maka akan lansung korupsi, maka tidak
jarang mereka yang gagal terpilih justru menjadi frustasi dan gila karena
merasa telah mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk kampanye dan ia sadar
bahwa uangnya tidak bisa kembali lagi.
Sampai suatu ketika ada perseteruan
antara KPK dengan polri, KPK menganggap polri tidak dapat diajak kerja sama,
buktinya ada saja pihak kepolisian yang masih bisa disuap, lalu bagaimana
dengan proses pengadilan pelaku korupsi, pastinya akan lebih runyam, namun
Polri tidak terima, malah mereka menuding ada main antara KPK, yaitu ketuanya
yang juga disebut sebut terlibat kasusu korupsi. Sehingga di berita dan media
muncul sebutan cicak versus buaya, cicaj
adalah KPK yng organisasinya hanya sedikit, sedangkan buaya di simbolkan
bagi Polri yang beranggota sangat banyak diseluruh Indonesia. Perdebatan ini
terus berlangsung hingga pak SBY menyampaikan pidatonya bahwa pengusutan kasus
korupsi dilakukan oleh KPK bukan pihak kepolisian. Akhirnya perseteruan ini
mereda.
Muncul lagi kasus baru yaitu keterangan
dari mulut Dahlan Iskan sebagai mantan Mentri BUMN bahwa pada masa jabatan
dahlan sebagai mentri BUMN, banyak diantaranya anggota DPR yang menyuapnya
untuk kelancaran suatu proyek, sehingga menggemparkan seluruh anggota DPR.
Dahlan dianggap telah merusak reputasi wakil rakyat dimata publik, padahal
tidak semua anggota DPR berlaku demikian. Dahlan pun diminta pertanggung
jawabannya atas tuduhannya, maka ia menyebutkan beberapa nama yang terkait
penyuapanyang ia maksud. sehingga terbongkarlah beberapa orang yang memang
terlibat. Hal ini membuat aku berpikir, bahwa di luar sana masih banyak
koruptor-kooruptor yang bersembunyi dan mungkin saja yang sudah terungkap kali
ini hanyalah ikan teri nyasaja, ikan kakap dan yang lebih besarnya masih
banyak. Namun mungkin skenario mereka yang apik masih dapat melindungi mereka,
karena kasus korupsi pastilah beralur, tidak mungkin dilakukan oleh seorang
saja.
Belum lama ini yaitu tanggal 14
November 2012, aku melihat berita di televisi, bahwa Pak SBY membubarkan BP
Migas, alasannya adalah sudah ada BUMN jadi BP Migas di perlukan lagi. Hal ini
mendapat protes dari beberapa kalangan bahwa, karyawan BP migas perlu di
perhatikan juga nasibnya.
Aku menonton di televisi, bahwa dalam
dialog kegaraan Adhi Masardi dari partai PKB mengatakan bhwa SBY membubarkan BP
Migas untuk melindungi mafia migas, hal ini menjadi perseteruan antara Adhi
dengan Sutan Batoegana dari kubu demokrat. Sutan mengatakan bahwa Pak Adhi
tidak boleh berbicara demikian, lalu bagaimana dengan massa kepemerintahan Gus
Dur? Apakah bersih , bagaimana dengan kasus bulogate dan bruneigate?.
Pernyataan ini yang membuat kecaman terjadi kepada sutan, masa pendukung Gus
Dur seperti dari PKB dan lembaga-lembaga islam masyarakat memprotes tindakan
Sutan karena telah menghina Gus Dur, dan menuntutnya untuk segera dipecat
sebagai anggota DPR. Namun sutan bersikeras ia mau minta maaf asalkan Adhi
Masardi juga meminta maaf kepada SBY.
Hingga kini kasus ini tetap masih
berjalan dan belum ada penyelesaiannya. Tapi bagaimanapun menyebalkannya negeri
ini, aku tidak mau mnghkhianati negeri ku sendiri. Aku akan menjadi warga
Indonesia yang berguna dimasa yang akan datang, bukan malah meninggalkan negeri
ini yang masih kacau balau dengan pindah keluar negeri, dan menyisakan orang orang
yang tidak mampu untuk memimpin negeri ini, jika begitu mau jadi apa negara
kita ini nanti?. Yang aku harapkan bahwa negeri ini nantinya akan lebih maju
lagi ditangan orang yang cerdas juga jujur, bukannya yang pintar lalu
kebelenger, itu kata ibuku. (dibuat tahun 2013 saat aku masih duduk dibangku SMA)
0 komentar:
Posting Komentar