ini blog Pribadi Hilda Meilani, semoga ga nyesel nyesel amat ya sudah berkunjung hehe

Jumat, 17 Mei 2013

Posted by Only Hilda Meilani 21.24 No comments


           Pada suatu hari, Shinta dan keluarganya beranjak mudik lebaran kali ini ke Bogor. Seperti biasa semua saudara dari Bandung dan Bekasi juga ikut berkumpul di Bogor. Alangkah menyenangkan bertemu dengan sanak saudara yang sejak lama tak jumpa. Alangkah senangnya hati Shinta membayangkan suasana hangat penuh kasih sayang keluarga.

Tak berapa lama kemudian sekitar jam tiga sore Shinta dan keluarga telah tiba di depan rumah nenek.
“Assalamu’alaikum” teriak Shinta dari depan rumah.
“Wa’alaikum salam, aduh cucu nenek meuni geulis “ ucap nenek seraya melepaskan kecupan yang endarat halus di pipi kanan ku.
Tiba-tiba sosok pria berbadan kekar, tinggi, tampan, hadir dari balik pintu kamar.
“apa kabar cewek manis, udah lama ya ga ketemu. Engga kanfen sama aku?” semua terhening mendengar suaranya yang jernih.
“Hey, Ka Raka. Kabar baik dong, kamu sendiri gimana. Wah tambah ganteng aja nih sepupuku” rayu ku membuat pipinya memerah.
Seisi rumah tertawa lepas melihat gurauan ku dengan ka Raka. Suasana inilah yang lama ku inginkan dan selalu ku idam-idamkan.
Malam berganti pagi, indah dikelilingi bukit dan nyanyian burung liar mengiringi aku yang sedari tadi minum segelas teh didepan teras. Di tambah lagi pemandangan indah di depan rumah nenek, bukan benda mati tapi ini benda hidup, makhluk tuhan yang indah. Kupandangi cowok itu sedari tadi. Paras nya indah, kulitnya putih, dan kelihatannya ramah. Kulihat ia juga tengah memandang kearahku. Namun tak berapa lama kemudian Ka Raka memecahkan konsentrasiku.
“ heh, ngelamun aja kerjaannnya, cewek tuh pagi-pagi beres beres , kayak Ka Riska tuh rajin. Ngeliatin cowok mulu sih kerjaannya”. Katanya sambil mengagetkanku.
“ih ngagetin aja sih, siapa? Siapa yang lagi ngelamun , ngapain ka Raka disini? “ tanyaku.
“memang aku dari tadi disini tahu, kamu saja yang engga lihat, gimana tahu aku dtang sedangkan matamu itu melototi cowok sebelah sana terus”. Jelasnya .
“hehehe, hussst berisik. Ganggu aja sih. Sana pergi”. Namun ketika kulihat cowok itu lagi, ternyata dia sudah tidak berada di tempat.  Mungkin cowok itu malu dipergoki ka Raka tengah mengamati aku dari kejauhan. Dengan raut wajah sesal aku masuk kedalam rumah.
Keesokan harinya, seperti hari kemarin, aku menunggu kehadiran si cowok misterius itu, namun sejak tiga puluh menit tadi ku menunggu namn batang hidungnya tak kunjung terlihat. Aku lelah mulai lelah menanti. Akhirnya aku masuk lagi kedalam rumah.
Tak lama kemudian Ka Raka keluar dari rumah. Seraya berseru.
“tumben si Shinta gak nongol sambil minum teh , haha pemandangannya udah ga ada sih” teriakannya itu membuatku risih.
Beberapa menit kemudian, cowok itu keluar dari persembunyiannya. Membawa segelas kopi hangat di tangannya. Style baju dinginnya ala korea itu menambah sempurnannya sosok idaman ku itu. Namun saat aku keluar bersamaan dengan ka Raka masuk kedalam, ia pun menghilang lagi. Mungkin dia malu saat melihatku tadi. Aku  makin yakin bahwa cowok misterius itu menyimpan perasaan padaku.
Hari berikutnya, cowok itu sama sekali tidak terlihat bersandar di kursi biasa ia duduk. Begitu pun aku yang sejak tadi tidak keluar rumah karena cowok itu pun tak keluar. Akhirnya Ka Riska keluar untuk berbelanja.
“ Ka mau kemana ?”. tanyaku sambil menghadangnya.
“ Mau ke warung, kenapa ?”.
“ Ah engga apa apa. Ya sudah hati-hati ya.” Kataku.
Dari kejauhan kulihat ka Riska di hadang cowok misterius itu. Ku lihat cowok itu membisikan sesuatu di telinga kakakku itu. Aku berfikir pasti mereka memiliki hubungan spesial misalnya pasangan kekasih. Aku mulai menyerah untuk mengejarnya.
Kak Riska pulang, aku langsung mengintrogasinya dengan lembut.
“ kak itu tadi pacarnya ya?”
“yang mana” Tanya ka Riska.
“ itu yang tadi ketemu sebelum pergi ke warung.” Jelasku.
“ oh itu, bukan lah. Emang kenapa?”
Sejenak aku ternyuh, semangatku pulih lagi mendengar ceritanya.
“terus ngapain tadi kakak bisik-bisik? Ngomongin apa sih?” tanyaku penasaran.
“ ih mau tahu banget ya? Rahasia tahu.” Cetusnya.
Tidak menyerah, aku terus melemparkan pertayaan yang membuat ka Riska terpaksa buka mulut.
“ ok, karena kamu adalah adik kesayanganku, aku kasih tahu deh.”
Tak sabar aku mendengar penjelasanya, pasti cowok itu membicarakan aku, dan berusaha minta bantuan ka Riska untuk berkenalan dengan ku. Senangnya hatiku, ter nyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.
“ok, sudah siap untuk mendengar?. Mana telinganya sini ?”
Aku menyodorkan telingaku.
“dengar ya baik baik, dia itu titip salam buat ….. ka Raka.” Bisiknya halus.
“hah? Gak salah denger . masa sih, berarti dia…”
“ ah benar, ia itu homo”. Jelas ka Riska.
Hal ini membuat hatiku tak karuan, jadi hilang rasaku terhadapya. Untunglah perasaan ini tidak pernah aku publikasikan kepada siapapun. Apa yang terjadi jika semua orang tahu aku pernah menyukai parasnya, tingkahnya, dan style fashionnya yang sungguh tak terduga akan sifat dan kepribadiannya yang 180 derajat berbeda dari kelihatannya.


0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter